8.06.2012

Lembah Baliem.

Seperti ada dinding tak kasat mata yang membentengi wilayah Lembah Baliem, Kabupaten Jayawijaya, Papua. Masyarakatnya berpakaian, bercengkrama, bertahan hidup dengan gaya kehidupan neolitikum. Barulah pada 1938, sejak ditemukan oleh ahli hewan asal Amerika bernama Richard Archbold, Lembah Baliem mengenal dunia luar.

Lembah Baliem membentang 72 km dengan lebar maksimal 31 km. Suku yang mendiami lembah tersebut: Dani, Ngalum, Ngalik, Nduga dan Yali pun mulai membuka mata. Mulai 1954, para misionaris memperkenalkan ajaran agama monoteis yaitu Kristen. Para suku itu menerima, namun tak mau mengesampingkan apa yang turun-temurun dikatakan leluhurnya.


Dipagari Pegunungan Trikora, Lembah Baliem punya keindahan alam luar biasa. Titik tertinggi mata memandang adalah Puncak Jaya, satu-satunya tempat di Indonesia yang berselimut es abadi. Bagi para suku ini, alam adalah sahabat. Alam adalah pemberi kehidupan, sesuatu yang patut dihargai seperti mahluk lainnya.

Lembah Baliem tempat wisatawan merasakan kehidupan zaman batu, jauh dari peradaban modern. Anda bisa mengenakan pakaian adat setempat, yang paling terkenal adalah koteka/ hodlim. Anda bisa merasakan tinggal di dalam Honai (rumah adat), ikut memasak dengan cara bakar batu, juga turut serta dalam tarian perang yang lestari ratusan tahun.

Seluruh aspek yang melekat di tubuh dan tradisi masyarakat Lembah Baliem adalah wujud syukur atas kehidupan. Saat mengenakan pakaian adat, kebanggaan tercurah dari diri mereka. Tiap aksesori punya makna, mulai dari kalung berbahan kulit kerang sampai coretan tinta di pipi dan badan. Itulah yang ditulis oleh Marthen Yadlogon Medlama dalam bukunya tentang Lembah Baliem.

Inilah tempat wisatawan merasakan kesetiaan tanpa batas. Kesetiaan terhadap kepercayaan, pasangan, juga keluarga. Anda masih bisa menemui beberapa wanita yang hilang 2 atau 3 dari total jarinya, karena dianggap berkhianat oleh sang suami atau karena kehilangan anggota keluarganya.

Sumber http://travel.detik.com
Artikel Terkait

Tidak ada komentar:

Posting Komentar