8.05.2012

Alam Manggarai Barat.

Berbicara potensi pariwisata Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur, ingatan orang pasti tertuju kepada Pulau Komodo dengan satwa endemiknya biawak komodo (Varanus komodoensis Ouwens). Reptilia raksasa yang dalam bahasa setempat disebut ora ini memang sudah jadi ikon pariwisata Manggarai Barat, bahkan Nusa Tenggara Timur secara umum. Makanya, tidak berlebihan bila ada yang mengklaim bahwa perjalanan wisata ke Nusa Tenggara Timur belum lengkap jika tidak menjejak pulau tandus yang dikelilingi bentangan laut biru berarus garang. Begitu langka dan melengendanya biawak komodo itu sehingga satwa yang hanya hidup bebas di hamparan padang sabana nan gersang Pulau Komodo, Pulau Rinca dan Pulau Gilimotang ini mendapat julukan mentereng Warisan Alam Dunia yang wajib dilestarikan.


Meskipun hampir seluruh pengelola kebun binatang ternama di belahan dunia berlomba-lomba melengkapi koleksinya dengan raksasa yang dinyakini hidup sejak zaman pleistosin ini sebagai magnet untuk mendongkrak angka kunjungan ke kebun binatangnya, namun eksotisme komodo yang hidup di habitat alaminya ini jelas tak mungkin tertandingi. Apabila wisatawan beruntung, mereka akan bisa melihat langsung betapa agresifnya satwa ini menangkap mangsanya seperti rusa, babi hutan, kerbau dan kuda liar, mecabik-cabik daging dengan gigi-giginya yang setajam belati lantas menyantapnya hingga tandas. Bukan hanya kegarangan yang bisa direkam wisatawan dari sosok satwa yang seringkali diidentikkan dengan naga yang hidup dalam mitologi-mitologi kuno. Gerakan komodo yang ritmis saat menjelajah hamparan padang sabana dan hutan juga menjanjikan daya pukau yang luar biasa.

Ada puluhan objek dan atraksi wisata itu tersebar merata di empat kecamatan yang ada di Kabupaten Manggarai Barat. Perbendaharaan objek wisata terkaya berada di Kecamatan Komodo yang juga merupakan jantung Manggarai Barat dengan pusat kotanya di Labuan Bajo. Mayoritas dari objek wisata itu mengandalkan panorama alam yang eksotik, bentang laut dengan hamparan pasir putih yang bersih, keindahan alam bawah laut yang memukau dengan spesies terumbu karang dan ikan hiasnya, goa alam, air terjun hingga danau berkadar belereng.

Barisan panjang aset wisata Manggarai Barat itu makin disempurnakan dengan keberadaan fosil-fosil kayu yang membatu yang bisa ditemukan di sejumlah desa di Kecamatan Warloka serta bangunan benteng-benteng perang yang bisa dijumpai di sejumlah desa di Kecamatan Lembor. Manggarai Barat juga sangat tepat dikunjungi oleh para wisatawan pecinta burung

Dari deretan panjang potensi wisata itu, ternyata hanya segelintir saja yang sudah terekspos ke permukaan seperti Pulau Komodo dan Pulau Rinca. Juga Pantai Merah dengan bentang pantainya yang berpasir merah dan taman lautnya serta pantai Lasa dan Pulau Bidadari yang juga mengandalkan keindahan taman lautnya. Sementara keberadaan objek-objek wisata lainnya nyaris tak terdengar alias tidak banyak dijamah oleh wisatawan mancanegara maupun domestik.

Daya pukau lain dari goa alam ini, di sejumlah bagian goa menempel fosil terumbu karang dan satwa penyu yang telah membatu yang menandakan bahwa goa ini merupakan bagian palung laut pada zaman lampau. Sedangkan penamaan Batu Cermin itu sendiri, barangkali diambil dari keberadaan sejumlah stalaktit dan staglamit yang memancarkan sinar berkilauan bak kristal jika tertimpa lampu senter.

Ternyata, Batu Cermin bukan satu-satunya goa alam mempesona yang dimiliki Manggarai Barat. Di luar itu, masih ada goa alam Batu Susun, Liang Dara dan Liang Rodak yang semuanya berlokasi di Kecamatan Komodo. Serupa dengan Batu Cermin, pesona keempat goa alam itu dijamin mampu menaut hati para wisatawan yang maniak menjelajah kedalaman perut bumi.
Salah satu potensi wisata Manggarai Barat yang juga layak dikedepankan adalah Danau Sano Nggoang yang berlokasi di Kecamatan Sano Nggoang. Danau yang tercipta akibat letusan gunung berapi ini (danau vulkanik-red) memiliki kadar belerang yang tinggi.

Di samping memiliki panorama alam yang sangat indah, di tengah danau ini juga menyembul daratan yang tidak kalah indahnya dengan Pulau Samosir di Danau Toba. Kelebihan lainnya, kawasan danau ini juga dihuni berbagai jenis burung di mana beberapa di antaranya merupakan jenis burung migran dari Benua Australia. Sayang, perlu perjuangan berat bagi wisatawan untuk menikmati keindahan Dana Sano Nggoang itu. Jalan akses menuju danau itu boleh dibilang sangat jauh dari kesan layak karena tidak bisa dijelajahi kendaraan umum biasa.

Sumber http://robron.multiply.com
Artikel Terkait

2 komentar:

  1. info yang bermanfaat sob..
    sukses terus

    BalasHapus
    Balasan
    1. Trimakasih kunjungannya sob...salam..

      Hapus