Taman Nasional yang terletak di Banyuwangi, Jawa Timur ini merupakan salah satu perwakilan tipe ekosistem hutan hujan dataran rendah di Pulau Jawa.
Tercatat 158 jenis tumbuhan (59 famili), sedangkan jenis-jenis vegetasi yang terdapat di Alas Purwo lebih dari 300 jenis. Tumbuhan endemik yang berada di Alas Purwo adalah sawo kecik (Gigantochloa manggong), ketapang (Terminalia cattapa), nyamplung (Calophyllum inophyllum), kepuh (Sterculia foetida), dan keben (Barringtonia asiatica).
Hasil inventarisasi mencatat sebanyak 21 jenis satwa liar mamalia, 35 jenis burung hutan, 59 jenis burung air, dan 14 jenis reptilian. Alas purwo terkenal sebagai habitat beberapa satwa liar seperti lutung budeng (Trachypithecus auratus auratus), banteng (Bos javanicus), ajag (Cuon alpines javanicus), burung merak (Pavo muticus), ayam hutan (Gallus gallus), rusa (Cervus timorensis russa), macan tutul (Panthera pardus melas), dan kucing bakau (Prionailurus bengalensis javanensis). Selain itu, beberapa satwa langka yang dilindungi seperti penyu lekang (Lepidochelys olivacea), penyu belimbing (Dermochelys coriacea), penyu sisik (Eretmochelys imbricata), dan penyu hijau (Chelonia mydas). Penyu-penyu tersebut seringkali mendarat di pantai Selatan taman nasional ini pada bulan Januari s.d. September.
Pada periode-periode tertentu seperti bulan Oktober-Desember, di Segoro Anakan dapat dilihat 16 jenis burung migran dari Australia di antaranya cekakak suci (Halcyon chloris/ Todirhampus sanctus), burung kirik-kirik laut (Merops philippinus), trinil pantai (Actitis hypoleucos), dan trinil semak (Tringa glareola).
Ada satu kawasan yang sangat dikenal oleh peselancar di dunia yang disebut G-Land. G-Land atau plengkung berada di sebelah selatan taman nasional ini. Plengkung merupakan salah satu dari empat lokasi terbaik di dunia bagi peselancar air dan dapat disejajarkan dengan Hawai, Australia, dan Afrika Selatan.
Pantai pasir putih dari Trianggulasi ke Plengkung terdapat pasir gotri. Pasir tersebut berwarna kuning, bulat, dan berdiameter 2,5 mm.
Penduduk di kawasan ini masih menjunjung budaya “Blambangan”. Masyarakat percaya jika Alas Purwo merupakan tempat pemberhentian terakhir rakyat Majapahit yang menghindar dari serbuan kerajaan Mataram, dan masih meyakini di hutan taman nasional ini masih tersimpan Keris Pusaka Sumelang Gandring. Sehingga banyak yang bertapa dan mengadakan upacara adat di Goa Padepokan dan Goa Istana. Selain itu, terdapat peninggalan sejarah berupa “Pura Agung” yang merupakan tempat upacara umat Hindu (Pagerwesi). Upacara tersebut diadakan setiap 210 hari.
Sumber http://matoa.org
Artikel Terkait
Tidak ada komentar:
Posting Komentar